BANDA ACEH – Komitmen Pemerintah Kota Banda Aceh untuk menjadi kota cerdas berbasis teknologi digital semakin nyata. Salah satu wujudnya adalah keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) dari berbagai sektor, termasuk pendidikan, dalam pelatihan Government Transformation Academy (GTA) 2025 yang digelar di Aula BPSDM Aceh, pada 8–12 Juli 2025.
Kegiatan pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi antara BPSDM Aceh dan Balai Besar Pengembangan SDM dan Penelitian (BBPSDMP Komdigi) Medan. Tiga tema pelatihan utama yang diangkat dalam GTA 2025 adalah: Analis Kota Cerdas (Smart City), Sistem Manajemen Layanan Teknologi Informasi (SMLTI), dan Social Media Analyst.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Dr. Ir. Zulkifli, M.Si., Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Aceh. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa kolaborasi lintas sektor sangat penting dalam menyukseskan transformasi digital dan pembangunan berkelanjutan di Aceh.
Sambutan juga disampaikan oleh Kepala BBPSDMP Komdigi Medan, Dr. Christiany Juditha, S.Sos., M.A. Dalam pemaparannya, ia menyampaikan pentingnya penguatan kapasitas ASN untuk menyongsong era pemerintahan digital dan memastikan semua sektor bergerak seirama menuju Aceh yang terintegrasi secara data dan teknologi.
Pada sesi awal pelatihan, peserta juga mendapatkan materi kebijakan strategis dari Marwan Nusuf, B.H. Sc., M.A., Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Aceh, yang membawakan materi “Transformasi Digital Menuju Pemerintah Digital dan Satu Data Aceh.”
Selanjutnya, Kepala BPSDM Aceh juga memberikan materi bertajuk “Digitalisasi ASN Menuju Transformasi Sumber Daya Aparatur yang Profesional dan Unggul.”
Salah satu peserta yang mendapat perhatian adalah Mudassir, guru SD Negeri 6 Banda Aceh yang juga dikenal sebagai Fasilitator Pembelajaran Digital. Ia mengikuti pelatihan Analis Kota Cerdas yang berlangsung selama tiga hari, 8–10 Juli 2025.
Pelatihan ini mengacu pada standar SNI ISO 37122:2019, yang menjadi acuan dalam mengukur kinerja kota cerdas dari berbagai indikator seperti pendidikan, energi, lingkungan, keamanan, hingga partisipasi masyarakat.
“Banyak indikator kota cerdas yang berkaitan langsung dengan dunia pendidikan. Sekolah juga perlu berbenah dari sisi infrastruktur digital dan pengelolaan data, agar mampu menjadi bagian dari ekosistem smart city,” ujar Mudassir, Rabu (10/7/2025).
Selama pelatihan, para peserta mempelajari strategi pemetaan indikator kota cerdas, teknik pengumpulan data berbasis teknologi, penerapan open data, hingga studi kasus kota-kota yang telah menerapkan konsep smart city.
Menurut Mudassir, sekolah dapat menjadi titik awal perubahan budaya digital. “Dari kelas, kita bisa menanamkan budaya literasi data, kesadaran lingkungan, serta pemanfaatan teknologi secara bijak. Ini bagian dari membentuk warga kota yang cerdas dan adaptif,” katanya.
Sebagai fasilitator pembelajaran digital, Mudassir aktif menggunakan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. Ia juga mendorong pengambilan keputusan berbasis data di lingkungan sekolah.
Pemerintah Kota Banda Aceh sendiri terus menunjukkan komitmen untuk menjadi pelopor kota cerdas di Indonesia, khususnya di wilayah barat. Berbagai inisiatif telah dijalankan, seperti pengembangan Command Center, aplikasi pelayanan publik, serta integrasi data antar OPD.
Keterlibatan guru dalam GTA 2025 memperkuat peran sektor pendidikan dalam mendukung visi ini. “Dengan pelatihan ini, saya berharap sekolah-sekolah di Banda Aceh bisa lebih terbuka dalam memanfaatkan teknologi dan data untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” ujar Mudassir.
Melalui GTA 2025, Pemerintah Aceh mendorong ASN lintas sektor menjadi agen perubahan yang mampu mendorong transformasi digital di lingkungan kerja masing-masing.
Transformasi kota cerdas bukan hanya tentang digitalisasi sistem, tetapi juga membangun budaya kerja yang inklusif, terbuka, dan berorientasi pada data. Dengan dukungan sektor pendidikan, Banda Aceh diyakini mampu menjadi kota cerdas yang maju dan berkelanjutan.

